Kamis, 27 Oktober 2011

Cinta Lebai


Malam ini detik-detik menuju usiaku ke-17 tahun, pukul sudah menunjukkan 11.45 WIB. Derrrd, derrd.. HP ku berdering tanda sms masuk, isinya: “Keluar dunk bebs, aku sudah menunggumu diluar, cepat ganti baju aku tunggu di tempat biasa ya. I love yea muaachhh…” Seperti biasa ini tahun kedua aku merayakan ulang tahunku dengannya, aku segera membalasnya. “Iya sayang I love yea too bebs muaacchh..” Setelah itu aku bergegas rapih. Aku langsung datang ke tempat biasa di taman dekat rumahku. Dari jauh sudah terlihat motornya yang khas dengan warna yang serba biru yaitu warna kesukaanku, dengan stiker di plat belakang bertuliskan ‘Lenasya’ yang merupakan singkatan nama kami yaitu Lemin dan Nasya.
Aku selalu merayakan ulang tahunku berdua dengannya. Rasanya lengkap bila dia ada menemaniku. Lemin adalah kekasihku, dia merupakan anak tunggal dari keluarganya yang sangat berada. Tingginya sekitar 170 cm. Wajahnya manis, dan ada lesung pipi yang menambah gemas kalau melihatnya tersenyum. Meski dari keluarga yang berada namun keluarganya sangat baik terhadapku. Sedang aku sendiri Nasya, dari keluarga yang sangat sederhana. Oleh karena itu, aku terkadang masih bingung kenapa dia bisa suka padaku. Meski begitu kami sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 2 tahun dan usianya 4 tahun lebih tua dariku. Setelah kami bertemu “Happy Birthday sayang!” sambutnya memelukku. Tepat pukul 00.00 WIB “Come on make a wish, sayang.” Tambahnya.
Sesaat aku pejamkan mata dan kuminta agar semua cita-cita aku dan Lemin terwujudkan, dan bisa saling mengisi satu sama lain sampai kakek nenek. Tiba-tiba jederr, jedderrr… jedderrr!!! “Hah! Apa itu sayang?” Tanyaku. “Ini semua buat kamu sayang. I love yea bebs. Once again Happy Birthday.” Sebuah kecupan mendarat di pipiku, dan oh.. kembang api yang begitu indah tiba-tiba muncul seperti pada saat Tahun Baru! Hanya kami berdua yang menyaksikannya. Ya Tuhan apakah ini mimpi? Ini indah sekali! Kurang lebih kembang api itu meluncur selama 10 menit, cukup lama, dan setelah 10 menit.
“Wow.. Amazing! Sayang makasih ya!” Aku tersentak. “Iya, sudah 17 tahun ya sekarang, kamu mau hadiah apa dari aku?” Tanya Lemin. “Bukankah ini hadiah buat aku sayang? Apa lagi yang mau kamu berikan?” Jawabku. “Ini masih pembukaan sayang, agar di tahun bertambahnya umur kamu ini akan menjadi indah seperti kembang api itu.” Sahutnya. Air mataku tiba-tiba turun antara bahagia bercampur haru. Dalam hatiku berkata terima kasih Tuhan karena Dia adalah kado terindah untukku yang sampai saat ini masih setia disampingku, menemaniku.
“Kok sedih sayang, kamu senang nggak?” “Iya, senang. Kamu nggak perlu repot-repot sayang ini sudah lebih dari cukup.” Jawabku kembali. “Ya sudah tapi jangan sedih lagi donk, kamu juga jangan berfikir begitu, ini semata-mata aku lakuin buat orang yang aku sayang kok. Aku senang melakukannya buat kamu, dan jangan pernah segan sama aku. Kamu mau apa di hari ulang tahunmu ini? Mungkin ada sesuatu yang selama ini kamu inginkan sayang?” Tanyanya kembali. “Sotoy deh kamu yank?” Jawabku bercanda. “Serius ah sayang!” Sahutnya. “Hm… apa ya? Terserah kamu saja deh?” “Ayo donk kamu mau apa saja boleh deh terserah? Apa beli kue ultah? Tapi udah malam sayang, atau mau kaset Craig David kesukaan kamu?” Tanyanya kembali.
Dalam hatiku berfikir apa yah? Craig David ok juga, tapi yang dari dulu aku inginkan apa? Tiba-tiba teringat. “Hm… ya, kotak musik.” Kataku tersentak. “Kotak musik? kenapa kamu pilih kotak musik?” Tanyanya. “Iya, karena sedari kecil aku ingin punya itu, yang dimiliki temanku sewaktu kecil, cantik sekali sayang.” Jawabku. “Yang seperti apa?” Tanyanya kembali. “Bentuknya piano dan pas dibuka ada penari baletnya menari-nari diatasnya, bagus deh sayang.” “Ya sudah nanti aku cari ya.” Katanya. Walau hanya dirayakan berdua saja namun rasanya ini sudah lebih dari cukup karena aku punya kamu Lemin dan Ibuku tersayang, andai saja ada ayah. “Makasih sayang.” Semua larut dalam dingin malam yang cerah dan disertai bintang-bintang yang indah. “Aku nggak akan pernah lupain ini semua, aku sayang kamu.” Tambahku. “Aku juga sayang, sayaaaanngg… banget, kamu senang nggak?” “Banget.” “Ya sudah, sudah senang kan sekarang kita pulang ya sudah larut malam sayang besok kita lanjut lagi ok?” “Ok.” Semangatku.
“Pagi Mah!” “Hei.. anak mamah yang paling cantik, Selamat ulang tahun ya sayang!!! Biar panjang umur, banyak rejeki, diberi sehat, semua cita-citanya terkabul.” “Amin.” Sahutku. “Ini mamah buatkan sarapan kesukaan kamu omlet super-duper BESAR!” “Wah, yummie! Enak banget nih mah.” “Iya donk siapa dulu yang buat, mamah!” “Makasih ya mah, muuaacchh..” Sebuah kecupan kudaratkan pada pipi mamahku yang paling cantik dan baik hati. “Aku berangkat dulu ya mah.” “Ya sudah hati-hati di jalan.” “Assalamualaikum.” Pamitku sembari mencium tangan.
Sesampainya di sekolah. Teman-teman sepertinya terlihat biasa saja dan tidak ada yang mengucapkan satu patah pun ucapan selamat kepadaku. Ah.. masa bodoh! Tiba-tiba pas pulang sekolah “Perasaan aku nggak enak nih.” Ngomong sendiri, dan.. “Sya, mau kemana buru-buru amat bu?” Tanya Sunia salah satu teman sekelasku di sekolah, sekaligus teman dekatku. Tiba-tiba kurasakan basah di kepalaku dan oh… Byur! Aku diguyur air dingin seember dari lantai 2 sampai basah kuyup sama teman-temanku huh.. RESE! Belum cukup dari bawah ada 5 orang teman sudah siap mengguyurku kembali dengan 5 ember air es! Duh.. nggak kuat, ggrrrr… DINGIN! Habis hujan lagi, meriang deh nih gue. Setelah itu mereka semua mengucapkan Happy Birthday beramai-ramai, menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan menyiapkan kue ulang tahun serta menyuruhku make a wish lalu meniup lilin. Sedangkan diriku make a wish dengan bibir yang komat kamit kayak mbah dukun karena kedinginan. Ggrrrr… Dingin. Disisi lain aku terharu dengan teman-temanku yang begitu baik. Setelah itu mereka mengantarku pulang. Ini lebih parah dari ceplokan telur atau terigu, karena walaupun hanya dengan air, tapi itu air dingin, bisa disebut air es, habis hujan pula jadi campur aduk deh tuh semua sama cuaca. Hehe.. ya nasib, ya nasib, tapi senang juga sih ternyata mereka masih ingat. Wakawakawaka…
Sampai dirumahku, “Grrrrr….dingin mamah, DINGIN!!!” Bergetar mulutku. “Ya sudah anakku sayang ini kan cuma setahun sekali kayak begini?” mamahku menyahut. “Tapi nggak gini juga kaleee!” Huh.. dasar susah punya orang tua nggak pernah mengerti penderitaan anaknya (dalam hati). “Ya sudah mamah buatkan makanan ya pasti kamu suka, sama teh hangat juga ya sayang.” “Mau juga donk tante! Hehe” Temanku ramai-ramai menyahut. “Iya pasti tante buatin semua ya.” “Maafin donk sya, jangan marah ini kan hari special lo, maafin kita-kita ya sampai bikin lo meriang kayak gini tapi kan cuma setahun sekali meriangnya. Hehe..” Sunia mencoba mengademkan hatiku. “Ketawa lagi lu huuuh.., ya udah gue maafin, itung-itung ngurangin dosa gue, biar pada pindah ke lu semua! Hahaha…” “Parah banget lu, sya!” “Syukur!! Wakawakawaka.” Tertawaku lepas.
“Silahkan dimakan!!!” Mamahku datang dengan semua makanannya. “Wah… Pizza! Enak banget, tante bisa bikin pizza ya?” Sunia nyeletuk. “Iya donk.” Mamahku menyahut. “Jadi yang tempo hari Nasya bawa jangan-jangan buatan tante juga?” Tambah Sunia nyeletuk. “Pastinya.” Sahut mamahku. “Pantesan, kok pagi-pagi Nasya beli pizza dimana? Aku fikir pizza inepan jadi aku nggak pernah mau kalau ditawarin Nasya tante. Kalau tahu tante yang buat pasti aku sudah lahap tuh dari kemaren-kemaren !” Tambah Sunia. “Makanya gue nggak kasih tahu karena pastinya lu bakal ngerecokin gue pas makan siang, yang ada pizza gue habis sama lu, alhasil jatah makan siang gue habis sama lu doank.” Sahutku. “Ih.. jahat benerr fikirannya!!” Sahut Sunia. “Bodo!” Tambahku. Hahahaha… semuanya pada tertawa.
Malam harinya, Lemin datang. “Malam sayang, ayo tiup lilinnya, eits.. tapi sebelumnya make a wish lagi ya.” Tambahnya. “Hm.., siip sudah.” Sahutku. “Kamu kenapa sayang kamu sakit?” “Iya nih dingin tapi udah mendingan kok.” “Ya Allah ultah kok malah sakit, kata mamah kamu tadi dikerjain teman-teman sekolah ya?” “Nggak apa-apa kok cuma dingin saja nanti juga hilang.” “Keterlaluan banget sih mereka yank, sampai buat kamu kayak gini? Biar cepat sembuh ya yank, oh iya.. lihat aku bawa apa buat kamu?” “Apa?” tanyaku. “Yang kamu mau sayang? Coba dibuka.” Setelah dibuka. “Heeh.. ya ampun sayang cantik banget!” Bentuknya piano, warnanya hitam, dan perlahan kubuka kotak musik itu, lalu terdengar alunan indah suara piano, disusul dengan berdirinya boneka kecil penari balet yang memakai baju warna pink ikut menari-nari di atas piano, betapa cantiknya kulihat, bahkan lebih cantik dari yang aku lihat sewaktu kecil yang dimiliki temanku itu.
“Kamu tahu banget yang aku suka. Kamu cari dimana?” Lanjutku. “Ada deh pokoknya aku cari sampai ketemu, apa sih yang nggak buat kamu sayang. Kamu suka?” Tanyanya. “Suka banget sayang makasih ya sayang I love yea muaach..” Kecupku. “Lumayan dapat panglaris. Hehe..” Sahutnya. “ Mau lagi?” kataku. “Mau banget! Hehe.” Lanjutnya. “Beli saja di pasar pagi! Hahaa..” Lanjutku. “Tega banget kamu sayang kalau ada yang jual dan rasanya sama pasti juga aku ke pasar pagi setiap hari sekalian temenin ibu. Hahaa.. Huh! lagi sakit masih saja bercanda.” Serunya. “Hehe.. habis aku kan juga mau.” Bicaraku menggoda. “Oh.. kamu mau juga sayang bilang donk tapi tunggu mamah tidur ya. Hehe.” Lanjutnya. “Huuh.. ya nasib, ya nasib.” Kataku. “Sudah bercandanya sayang, apa doa kamu tahun ini?” Tanyanya. “Doaku? mau tahu?” Tambahku. “Ya.” Sahutnya. “Nanti nggak jadi dikabulin lagi sama Allah kalau aku bilang.” “Nggak kok sayang, ayo donk aku kan mau tahu.” “Huh.. ya sudah, hm.. aku bilang sama Allah kalau aku tuh ingin sekali belikan mamah rumah! Aku juga ingin berbagi dan jadi inspirasi bagi banyak orang, lewat cerita-cerita aku sayang seperti Penulis. Syukur-syukur bisa difilmkan karena aku sendiri yang akan jadi pemerannya serta yang mensutradarakannya.” Jawabku. “Amin.. sayang mudah-mudahan terwujud ya.” Sahutnya. “Mimpiku terlalu besar ya sayang?” Tanyaku. “Nggak kok, nggak ada mimpi yang terlalu besar sayang ketika kita bersungguh-sungguh dan terus-menerus melakukannya, seperti kata idola kamu Agnesia Monic.” Jawabnya. “Ya, tapi apa orang biasa seperti aku pantas punya mimpi seperti itu, disamakan seperti dia yang sudah jadi inspirasi bagi banyak orang termasuk aku? Dia sudah merintis cita-citanya sedari kecil, sementara aku belum ada kesempatan sama sekali untuk itu. Jika kelak aku dapat kesempatan, aku pasti akan jalankan dengan sebaik mungkin.” Sahutku. “Iya sayang Allahuma amin.. semoga Tuhan dengar ya sayang, tidak pernah ada kata terlambat untuk meraih mimpi sayang.” Jawabnya. “Aku juga berdoa agar kita tetap sama-sama sampai kita kakek nenek. Hihi..” Tambahku. “Pasti sayang.” Tambahnya. Aku berdoa kembali dalam hati kepada yang Maha Kuasa agar Tuhan dengar dan mengabulkan. Aku bersyukur karena memiliki orang-orang yang sayang sama aku seperti Ibuku, Lemin, juga teman-temanku. Thanks God !



Cerpen
By: Anitri Ernasari
Lokasi: Sudut kamarku

Rabu, 26 Oktober 2011

Aku bercerita pada kata...



Saat keraguan datang,
Kepada siapa aku akan bertanya,
dari petunjuk lain atau dari hatiku sendiri???

Tapi sekarang rasanya sudah habis tak tersisa,
Terlalu sering sakit yang aku terima,
Lebih baik aku fikirkan masa depan ku.

Kepada cinta sejati.
Datanglah dengan membawa tawa bukan duka...

Puisi Romansa
Penulis: Anitri
Lokasi: Kamar tercinta

;;