Kamis, 22 Desember 2011

Peluh Ibuku



Peluh ibuku menjadi saksi
Betapa Dia menjalani hidup ini dengan tulus, tanpa belas kasih
Dia menjadi pelindung sekaligus pahlawanku
Seperti Tuhan, selalu menerima dan tidak pernah menyakiti
Tuhan pun mempercayakan telapak kaki Ibu sebagai surganya
Menyerukan hambanya untuk hormati Ibumu setelah-Ku (Tuhan)
Orang kedua setelah Tuhan
Bila kelak nyawaku cukup untuk mengganti lelahmu
Akan ku ganti dengan seumur hidupku Ibu
Selamat hari Ibu untukmu, untuk yang kesekian kalinya aku berkata
I Love You Mom 

#Realita Ibu
Di tengah malam, ditemani kesunyian, dan hujan
-Anitri Ernasari-

Minggu, 18 Desember 2011

Terkontaminasi



"Mamah, mamah... aku bica nyanyi nih dengelin yach. Sudah 3 buyan, kau hamil duyuan. Sudah 3 buyan, kau hamil duyuan. Nananananana..." dengan lihai anak berumur 3 tahun itu menyanyikan salah satu penyanyi dalam negeri dengan nada cadel, tentunya tanpa ada rasa bersalah. Namanya Ichal, dia seorang anak laki-laki berumur 3 tahun. Tentunya tidak pantas seorang anak kecil menyanyikan lagu yang diperuntukan bagi orang dewasa. Tapi, apa mau dikata, sudah merajalela lagunya. Akibat sering mendengarkan nyanyian dari teman-teman sebayanya yang tahu dari televisi, radio, atau bahkan VCD-nya sudah beredar.

Dus, dia pun menjadi salah satu korban ikut-ikutan, ya namanya juga anak kecil! Ibunya pun langsung menyahut "Husshh..., huusshh... anak kecil nggak boleh nyanyi lagu begitu nggak bagus!" seru ibunya dengan terkaget-kaget. Namun, anak tersebut tetap saja asyik dengan lagunya dan terus menyanyikannya sambil melangkah pergi keluar untuk bermain dengan teman-temannya. Begitulah anak masa kini, sangat memprihatinkan. Mau seperti apa kelak mereka?

Di usia yang masih sangat rentan dan daya ingat yang masih tajam, seharusnya dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna, terutama bagi perkembangan olah fikir anak-anak kelak. Dus, kemajuan teknologi dan media sangat mempengaruhi dan mendominasi masyarakat masa kini. Terkontaminasi jelas bagi anak-anak, dan tidak dapat dihindari! Aku saja masih sangat jelas mengingat semua masa-masa kecilku dan itu sangat mempengaruhi tumbuh kembangku hingga kini. Bersyukur pada masa kecilku dulu masih banyak sekali nyanyian-nyanyian untuk anak seusiaku dan penyanyi cilik merajalela pada zaman ku dulu, sehingga minim terkontaminasi.

Semisal: aku suka acara musik anak-anak, saat itu aku mengagumi Sherina dan Agnes Monica. Penyanyi anak-anak dengan suara yang indah dan bisa mencakup nada-nada tinggi. Dus, aku pun berlatih otodidak bernyanyi seperti mereka dan menurutku sekarang aku mampu bernyanyi dengan nada tinggi, meski tidak sebagus penyanyi aslinya. Dus, betapa pentingnya membudidayakan otak anak-anak dengan hal-hal yang berguna bagi masa depan mereka. Diperlukan juga faktor orang tua untuk lebih memperhatikan lagi perkembangan anaknya menghadapi teknologi yang semakin canggih. Jangan sampai anak-anak yang tidak berdosa menjadi korban, demi target konsumen orang-orang dewasa! Miris... Kini Dunia sudah semakin EDAN!!! Memang...




Salam Inspirasi
(ATES)

Sensasi Mie Rendang Pedas Medan

Berawal dari kesalahan judul pada produk salah satu mie instan di dalam negeri, menghasilkan demo gede-gedean awal desember ini. Tentu saja demo tersebut melingkupi karyawan yang merasa tersinggung akan asal-usul makanan khas yang tercantum pada sebuah produk mie instan. Cukup banyak yang demo, bahkan salah satu karyawan ada yang berseru dengan semangat berkobar untuk mempertahankan kebudayaannya dalam makanan khas “Kenapa harus Mie Rendang Pedas Medan? Harusnya Padang donk, kita semua juga sudah tahu kalau rendang itu kan makanan khas dari Padang bukan?" Digugat demo, dan takut hal ini menjadi berkepanjangan.

Dus, perusahaan tersebut pun segera mengganti ulang kemasan dengan judul yang baru, tentunya tanpa embel-embel nama daerah atau kota asal menjadi “Mie Rendang”. Dari peristiwa ini kita menyadari betul betapa pentingnya penulisan kata pada sebuah produk dan memikirkan sebab akibat dari sebuah judul. Apabila terjadi kekeliruan maka akan mengganggu aktifitas kerja dan kenyamanan bagi orang banyak tentunya. Apalagi kalau sudah menyangkut budaya. Seperti yang sudah kita ketahui Negara kita kan Negara Demokrasi, yang artinya "Demo terus pantang mundur!" Hehehehe...




#Soft News
(ATES)

Sabtu, 17 Desember 2011

Supir angkutan tewas akibat mengantuk



Kecelakaan yang dialami oleh lelaki paruh baya sore hari ini terjadi tepatnya di daerah lampu merah slipi, Jakarta Barat. Tabrakan antara motor dan mobil terjadi dikarenakan sang supir dalam keadaan mengantuk. Kecelakaan tersebut membuat si supir sampai terjatuh keluar mobil, dan pada saat bersamaan sebuah truk melintas dari belakang dan melindas sang supir hingga tewas. Penuturan ini juga diungkapkan oleh penjual Koran selaku saksi yang mengatakan “Ada tabrakan, mobil tabrakan sama motor, mati tuh supirnya. Kayaknya gara-gara ngantuk jadi jatuh sampai keluar mobil eh pas ada truk lewat, ya udah deh kelindes.” Peristiwa ini mengajarkan betapa pentingnya konsentrasi saat berkendara.

#Straight News
(ATES)

Pilihan



Di tengah-tengah kebingunganku akan sesuatu, yang selalu mengintaiku selama bertahun-tahun lamanya. Aku berfikir, merenung, dengan siapa aku di pelabuhan terakhirku nanti. Terus berbisik mengusik hari-hariku setiap kali aku mulai meragu dengannya. Apakah gerangan perasaan ini? Takutkah, atau galaukah??? Terus menerus mengintaiku sampai membawaku pada keputusan yang sulit. Persepsi akan Dia dan keluarganya, membuatku semakin tegas dan semakin ragu untuk melanjutkan hubungan ini. Maaf…




#Syair
Oleh: Anitri Ernasari

Jumat, 09 Desember 2011

Kuliner Ayam Bakar Mas Mono



Dari Es Cream Ragusa made in italia beralih ke ayam bakar Mas Mono. Gara-gara pemilik Es Cream Ragusa tidak mengizinkan kami untuk meliput tanpa ada surat pengantar dari kampus, terpaksa kami gigit jari! Sudah malem, hujan-kehujanan pula, kedinginan, ngantri busway, lama, sesak, cuaca panas sehabis hujan, lapar, ngantuk, semua berkecamuk jadi satu. Lalu salah seorang teman satu kelompok saya mengusulkan

"Gimana kita ke Salemba saja kak? Kata kakak banyak tempat makanan kan disana?"

Dalam hati yassalammm.... kan sudah ngemeng dari kemaren-kemaren tapi tetap saja kekeuh pengennya kesini! Aku yang sudah lemes hanya menjawab

"Hm... ya banyak, ya sudah." Lalu temanku melanjutkan

"Ya, sudah kita berangkat sekarang yuk! Malam semakin larut."

Kami bergegas kembali ke salemba dengan menaiki busway, sedangkan dua orang lainnya mengendarai motor. Sambil mengisi kekosongan saya sibuk memencet tombol-tombol di HP tet..tet..tett... untuk menulis memo pad & mengurangi apa yang aku rasakan hari ini. Mencatat singkat kejadian yang aku alami hari ini. Cukup lama saya dan teman saya menunggu busway, sampai akhirnya busway datang. Kami bergegas naik ke bus yang penuh dan sesak, sampai-sampai tidak harus berpegangan juga tidak akan jatuh (seperti ikan-ikan sarden dalam kaleng).

Meski demikian, kami tetap semangat 45, demi tugas yang deadline 3 hari lagi! Kami tidak putus asa dan bergegas ke salemba untuk menengok tempat-tempat makan yang banyak disana. Tapi tempat makan disana sudah tidak sebanyak dulu. Kebanyakan outlet-outlet bagus disana sekarang seperti 7 Eleven, Ayam bakar mas mono. Setelah berunding sebentar di kelompok kami akhirnya jatuh pada pilihan ayam bakar mas mono. Tempat yang cozy dan anak muda banget itu langsung menyambut kami dengan ramah, manager yang memegang peranan disana juga sangat hangat menyambut niat baik kami yang sedang belajar, dengan tangan terbuka memperbolehkan kami meliput makanan kuliner disana. Mulailah acara liput-meliput kami.

Ayam Bakar Mas Mono seperti ayam kremes atau kalasa. Tidak ada bedanya bila dilihat sekilas dengan ayam kebanyakan yang sudah ada. Tapi, yang membedakan dengan ayam lainnya yaitu tentunya bumbunya, hm..... Rasanya membuat kita yang mencicipi mengatakan seperti ungkapan yang sering digunakan oleh presenter acara kuliner di salah satu stasiun Televisi *Maknyossss.....!!! Apalagi ditambah minuman favorit disini yaitu Es Teller, yummiiee..., segernya bukan main !!! Kudu dicoba dec, buat kalian yang penasaran pengen cobain kulinernya, bisa langsung datang saja ke daerah salemba, Jakarta Pusat.


Penulis: Anitri Ernasari
Lokasi: Memo Pad BB at Halte Busway Juanda

Busway Vs Bus 213




Pada hari senin, 31 oktober 2011, jakarta tampak gerimis, jalanan pun tampak basah. Namun itu tak mengurungkan niat saya untuk mengerjakan tugas Jurnalistik TV yang akan dikumpul paling lambat minggu ini karena sebelum UTS harus dikumpul. Berangkat dari kediaman saya di cikini, Jakarta Pusat. Setelah menugggu di halte bus selama 15 menit akhirnya saya menaiki bus mini berwarna orange yang biasa disebut metromini. Macet total benar-benar melanda jakarta hari ini, meski bukan pemandangan yang asing lagi bagi penduduk asli Jakarta. Di tengah-tengah kemacetan dan di tengah-tengah pos polisi yang tampak kosong disaat hujan seperti ini, terlihat seorang anak laki-laki muda, sekitar berumur 27 tahun, yang masih perduli dengan kemacetan lalu lintas. Dia berusaha membuat jalanan menjadi sedikit lancar dan sedikit mengurangi kemacetan, sehingga mobil yang saya tumpangi bisa melintasi kemacetan. Seperti biasa saat cuaca hujan seperti ini polisi sulit sekali ditemui di jalan-jalan. Saya turun dari bus tepat turun di lampu merah Universitas Indonesia. Saya berjalan sedikit menuju halte busway salemba kurang lebih 50 km, ditemani payung cantik yang setia menemani saya disaat hujan. Sesampainya di halte busway, tidak lama busway tujuan harmoni datang dan saya bergegas masuk ke dalam bus. Setelah masuk saya melihat ada 3 bangku kosong. Sedikit meragukan untuk melangkah ke situ karena tidak ada satu orang pun yang mendudukinya, padahal masih banyak sekali orang yang berdiri. Saat saya mulai mendekati bangku kosong itu dan menegaskannya untuk melihat ada apa di bangku itu yang menyebabkan orang-orang tidak mau duduk? Tiba-tiba salah seorang wanita berkerudung di sebelah saya bilang "Bangkunya basah mba, bocor AC nya." Mendengar ungkapan mba di sebelahku, aku jadi mengerti, hahaaaaa...... Busway bisa bocor juga AC-nya??? Masih mending naik 213 yang nyaman yac kalau begitu? Busnya sama-sama besar, dan sama-sama penuh sesak dengan penumpang, bangkunya juga nggak kalah banyak, cuma bedanya 213 yang sering saya tumpangi tidak pernah bocor, karena memang busnya tidak ber-AC. Meski demikian, sampai sekarang masih banyak penumpang setia yang menaikinya. Selain itu, busnya juga sangat banyak, dari subuh hingga pukul 24.00 WIB masih bisa kita jumpai di jalan-jalan plus tarifnya lebih ekonomis khususnya bagi penumpang jurusan Grogol-Kp. Melayu. :)


Just opinion By: Me
Penulis : Anitri Ernasari
Lokasi: Di atas bangku belajar kamarku

;;